PANGANDARAN, JURNALJABAR.CO.ID – Akibat tingginya curah hujan di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat mengakibatkan puluhan hektare lahan padi petani di Dusun Cihideung, Desa Ciganjeng, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran terendam banjir. Meski demikian, petani tetap memanen padinya lantaran khawatir padi yang sudah siap panen teredam banjir lebih parah.
Salah satu petani di Desa Ciganjeng, Warsih (54) mengaku, kesulitan saat memanen padi di areal pesawahan miliknya lantaran terendam banjir.
“Air yang merendam sawah terbilang tinggi, belum jarak ke tanggul sekitar 200 meter sehingga membutuhkan waktu lama,” keluhnya saat ditemui awak media, Kamis 24 Maret 2022.
Dia mengatakan, jika areal sawah dalam kondisi normal atau kering, hanya membutuhkan waktu 2 hari untuk sawah seluas 200 bata.
“Kalau kondisi terendam banjir bisa sampai 10 hari, panen baru selesai,” keluh Warsih.
BACA JUGA :Jaga Keamanan dan Ketertiban Masyarakat, Satsamapta Polres Banjar Lakukan Patroli Dialogis
Menurut dia, Petani tetap bisa panen, karena padinya sudah tinggi-tinggi, walaupun lahannya terendam banjir. Tanaman padi yang batangnya tidak terendam oleh air hingga ke atas masih bisa dipanen. Namun, kata Warsih, jika padi terendam sepenuhnya, maka petani gagal panen.
“Meski kesulitan, tetapi padi mesti di panen, walaupun dengan caranya sedikit ribet yakni padi yang sudah dipotong kemudian ditumpuk diatas plastik lebar lalu ditarik ke tempat yang kering untuk di masukan ke mesin rontog,” tuturnya.
Warsih berharap kepada pemerintah daerah untuk memprhatikan para petani khususnya yang di wilayah terdampak banjir musiman.
“Semoga Pemerintah segera memperbaiki tanggul, karena jika tanggul itu jebol airnya akan meluap ke areal pesawahan yang bakal berdampak petani gagal panen,” harapnya
Selain dampak banjir, Keluhan petani juga dampak dari murahnya harga padi yang saat ini dikisaran Rp 420.000 per 1 kwintal.
“Padahal sebelum musim panen, harga padi bisa mencapai Rp 500.000 per 1 kwintalnya,” tandasnya. (Bill)