JURNALJABAR.CO.ID – Isu resesi dunia di 2023 terus menguat. Disebabkan inflasi yang tinggi, bank sentral di berbagai negara menaikkan suku bunga dengan agresif. Dua faktor tersebut menjadi ‘duet maut’ yang membawa dunia ke resesi.
Inflasi membuat daya beli masyarakat menurun, sedangkan suku bunga tinggi membuat ekspansi dunia usaha terhambat begitu juga dengan belanja rumah tangga. Resesi pun menjadi keniscayaan.
Pasar finansial sudah merespon risiko tersebut. Bursa saham Amerika Serikat (AS) sebagai kiblat bursa saham dunia rontok. Bursa saham lainnya pun ikut menyusul.
Di sisi lain, indeks dolar AS meroket hingga menyentuh level tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Seperti diketahui, dolar AS merupakan aset safe haven, ketika risiko resesi semakin nyata, maka daya tariknya semakin meningkat.
Resesi sebenarnya suatu yang biasa dalam siklus ekonomi, tetapi pelaku pasar melihat seberapa parah dampak yang ditimbulkan. Ada beberapa tipe-tipe resesi, meski tidak ada literatur resmi, tetapi kenyataannya pernah terjadi.
Berikut beberapa jenis resesi yang pernah terjadi, sebagaimana dirangkum Economic Help.
1. Boom and bust recession
Resesi jenis ini terjadi ketika suatu negara mengalami economic boom. Pertumbuhan ekonominya melesat di atas pertumbuhan rata-rata. Kenaikan tersebut memicu tingginya inflasi dan defisit transaksi berjalan. Pertumbuhan ekonominya pun cenderung tidak berkelanjutan.
Ketika inflasi menanjak, maka bank sentral akan menaikkan suku bunga. Dengan suku bunga tinggi, belanja rumah tangga akan direm, dan cenderung melakukan saving, hal ini pada akhirnya memicu resesi.
Resesi jenis ini biasanya terjadi dalam waktu singkat dan tidak parah. Ketika inflasi mulai melandai, bank sentral bisa kembali menurunkan suku bunga, dan membuat perekonomian pulih.
2. Balance sheet recession
Krisis finansial global 2008 menjadi contoh resesi ini. Artinya, balance sheet recession bisa berdampak buruk dan terjadi dalam waktu yang panjang.
Resesi ini terjadi ketika neraca perbankan maupun perusahaan mengalami penurunan yang sangat besar akibat kemerosotan harga aset dan kredit macet.
Saat itu terjadi, perbankan akan membatasi penyaluran kredit, pada akhirnya berdampak pada investasi maupun ekspansi dunia usaha, yang pada akhirnya berdampak pada kontraksi perekonomian alias resesi yang dalam. Resesi yang terjadi pada periode 2007 hingga 2009 di Amerika Serikat juga sering disebut great recession.
3. Supply-side shock recession
Resesi ini terjadi akibat masalah pasokan, dan pernah terjadi di tahun 1973 akibat minyak mentah. Saat itu harga minyak mentah meroket dan memicu inflasi tinggi. Alhasil bank sentral menaikkan suku bunga yang berdampak pada stagflasi hingga resesi.
4. Economic Depression
Ini merupakan resesi yang paling parah. Depresi terjadi saat kontraksi ekonomi yang sangat dalam serta berlangsung dalam periode yang lama, setidaknya selama 3 tahun. Kontraksi ekonomi mencapai dobel digit persentase begitu juga dengan tingkat pengangguran