JURNALJABAR.CO.ID, Bandung–Akses jembatan terputus akibat banjir bandang di kabupaten Jembrana, Bali pada 17 Oktober lalu.
Para pelajar dan warga terpaksa berjalan kaki dan menyeberangi sungai Camplung yang ada di Dusun Sekar Kejulo Kelod, Desa Yehembang Kauh, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana untuk berangkat menuju sekolah maupun bermobilitas lainnya.
Para siswa SMPN 3 Mendoyo berjalan kaki ke sekolah dan menyeberangi Sungai Camplung, karena akses terputus akibat jembatan antar dusun putus diterjang banjir bandang pada Senin (17/10) lalu.
Putusnya jembatan yang menjadi akses utama bagi para murid sekolah di empat dusun ini membuat beberapa anak sekolah mengalami kesulitan akses.
Salah satu siswa SMPN 3 Mendoyo mengaku, terpaksa menyeberangi sungai, apalagi waktu sudah mepet pergi ke sekolah.
“Sering lewat sini. Kalau nyeberang biasanya ada paman yang antar sama ada warga di sini,” kata I Made Agus Sumantara Wiguna, Siswa kelas IX SMPN 3 Mendoyo.
Menurutnya, menyeberangi sungai jauh lebih cepat tiba di sekolah ketimbang melalui jalur alternatif lain.
Selain itu, bisa menghemat biaya BBM. Karena kalau lewat akses alternatif bisa menempuh jarak hingga 7 kilometer, sedangkan melalui jembatan hanya 1 kilometer.
“Semoga cepat diperbaiki jembatan ini, biar lebih cepat ke sekolah,” harapnya.
Kepala Kewilayahan Dusun Kedisan I Nyoman Supardi mengatakan selain menjadi akses ratusan anak sekolah, beberapa warga yang tinggal di empat dusun yakni, Dusun Sekar Kejulo Kelod, Dusun Sekar Kejulo, Dusun Kedisan dan Dusun Munduk Anggrek, terpaksa menyeberangi sungai karena banyak yang beraktifitas dan bekerja sebagai petani di seberang sungai.
“Memang akses jalan untuk anak anak sekolah. Kalau jalan alternatif memang ada, tapi agak kejauhan. Kalau mau cepat muridnya bisa juga langsung nyeberang sungai itu pun kalau airnya kecil,” kata Supardi.
Karena jalur alternatif lain, kata Supardi, jarak tempuhnya lebih jauh, banyak anak anak yang memilih menyeberangi sungai meski harus membuka sepatu mereka.
Selain itu, jalur alternatif yang jaraknya lebih jauh menyebabkan beberapa anak-anak sekolah jatuh kecelakaan saat mengendarai motor.
“Ada lima kali saya mendapat info ada anak jatuh dari motor. Itu kan jalannya kecil, mereka sering buru buru kalau berangkat sekolah akhirnya kepleset dijalan,” ungkapnya.
Namun, bagi anak-anak yang menyeberang sungai tetap diawasi oleh orang tuanya. Selain anak sekolah, lanjutnya, banyak juga warga masyarakat lain yang masih manfaatkan jalur menyeberang sungai.
“Banyak warga juga yang menyeberang sungai, jadi pas ada anak sekolah langsung dibantu menyeberang,” ucapnya.
Ia berharap, jembatan memiliki panjang sekitar 40 meter dengan lebar 3 meter yang putus diterjang banjir bandang pekan lalu tersebut, menjadi prioritas perbaikan pemerintah, sehingga akses ini kembali bisa difungsikan terutama untuk anak anak sekolah.
“Semoga menjadi prioritas untuk di perbaiki,” harapnya.
Sementara, Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga Jembrana, I Gusti Putu Anom Saputra mengatakan, bencana banjir yang terjadi pekan lalu yang lalu, sesuai laporan ada delapan sekolah yang terendam pada saat itu dan ada sembilan sekolah yang memang memberlakukan pembelajaran dengan sistem daring. Karena tidak memungkinkan untuk dilaksanakan pembelajaran dengan tatap muka.
“Kemudian ada ratusan siswa kita, memang yang terdampak yang saat ini sedang kita data. Kemudian kami juga sudah berkomunikasi dengan PGRI, di mana PGRI juga sudah mendaftar masing-masing untuk memberikan bantuan. Kemudian masing-masing sekolah kemarin juga ada sudah memberikan bantuan kepada anak-anak di masing-masing sekolah itu yang terdampak,” katanya.
Berkaitan dengan akses, kata Kadiknas, bahwa memang ada beberapa akses yang memang terputus. Akses terputus memang di hari pertama dan hari kedua memang menyebabkan anak-anak tidak memungkinkan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran atau tidak bisa berangkat sekolah.
Tapi di hari berikutnya memang ada jalur-jalur alternatif, tapi dengan catatan mereka memang sedikit lebih jauh untuk mencapai sekolah.
“Jadi kami sudah sarankan walaupun itu jalur alternatif dan membuat sedikit lebih jauh sementara harus kita laksanakan seperti itu jadi masih ada jalur alternatif yang anak-anak kita bisa lalui, di samping jalur utama yang memang pada saat biasa mereka laksanakan. Ada jalur alternatif untuk mereka bisa datang ke sekolah,” katanya.