BANDUNG, JURNALJABAR.CO.ID – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung beserta Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), bersama-sama membuat program berupa ATM Beras sejak 2018, dan Buruan SAE sejak 2020 demi terwujudnya swasembada pangan yang toleran di setiap elemen masyarakat.
Siapa yang tidak garuk kepala jika melihat harga-harga kebutuhan pokok yang melambung belakangan ini. Apalagi bagi warga yang kurang mampu, untuk mendapatkan makanan bergizi, seperti karbohidrat, protein, dan mineral rasanya bagai mimpi.
Demi mewujudkan mimpi itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung beserta Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait, bersama-sama membuat program berupa ATM Beras sejak 2018, dan Buruan SAE sejak 2020.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar memaparkan, sampai sekarang kedua program unggulan Pemkot Bandung ini masih terus berjalan aktif.
“Alhamdulillah kedua program dari Almarhum Mang Oded dan Pak Yana ini masih aktif berjalan. Bahkan, sampai sekarang dari target 30 ATM beras di seluruh kecamatan, kita sudah sediakan 24. Dan untuk Buruan SAE, sudah ada kelompok-kelompoknya di 151 kelurahan,” papar Gin Gin.
Untuk enam ATM sisanya, akan kembali digarap di tahun ini. Program ATM Beras, ujar Gin Gin, memang hanya diperuntukkan bagi warga Bandung yang kurang mampu.
Satu unit ATM Beras bisa membantu 75 kepala keluarga (KK). Di mana masing-masing KK memperoleh 10 kg beras setiap bulannya.
“Satu kali pengambilan itu 2,5 kg per minggu. Jadi, dalam waktu sebulan, 1 KK bisa mendapatkan 10 kg beras,” ujarnya
Gin Gin menambahkan, program ATM beras ini akan diberikan selama satu tahun untuk masing-masing KK. Setelah itu, daftar KK lain akan dijadikan sebagai penerima bantuan ATM Beras.
“Datanya kami koordinasikan bersama Dinas Sosial. Sehingga, harapannya semua warga yang kurang mampu bisa merasakan bantuan dari ATM Beras,” imbuhnya.
ATM Beras ini bukan hanya berbicara tentang pangan, tapi juga nilai toleransi.
Gin Gin menyebutkan, tempat yang menjadi lokasi ATM Beras antara lain di masjid, gereja, dan kantor kelurahan. Sehingga, tidak hanya menyalurkan beras, tapi juga ada aspek edukasi yang diberikan pada masyarakat.
“Makanya kenapa ATM Beras ini kami letakkan di masjid dan gereja juga. Supaya warga sekaligus beribadah ke masjid, mendapat arahan ilmu agama, dan kita salurkan bantuan beras,” ucap Gin Gin.
Pembagian beras ini dilakukan selepas salat Subuh bagi warga muslim, atau setelah kebaktian bagi penganut agama Kristen.
BACA JUGA: Jokowi Laksanakan Kunjungan Kerja ke Wilayah Kodam III Siliwangi
ATM Beras ini juga mendapat dukungan dari warga melalui Baznas Kota Bandung. Sampai saat ini, Baznas Kota Bandung sudah memberikan 12 ATM Beras dan termasuk pengisian beras secara rutin.
“Warga juga bisa ikut memberikan sumbangan mengisi beras ke ATM Beras. Karena kan target dari kami ini 75 KK. Jika semakin banyak stok beras yang tersedia, kami juga bisa menambah list penerima manfaat,” tuturnya.
Cadangan pangan pemerintah daerah (CPPD) menjadi salah satu sumber untuk pengisian ATM Beras. Beras yang diberikan termasuk dalam kategori premium berkualitas baik.
“Sampai saat ini ATM Beras selalu terisi, tidak ada kekosongan. Karena teman-teman koordinator juga punya sistem. Selalu berkoordinasi dengan kami untuk pengadaan berasnya,” papar Gin Gin.
Demi menjaga keamanan dan tepat sasaran penerima manfaat, sama halnya dengan ATM uang, ATM Beras menyediakan kartu ATM untuk warga yang terdaftar.
Dyah, salah satu koordinator ATM Beras di Kecamatan Mandalajati mengatakan, warga sangat merasa terbantu dengan adanya ATM Beras ini.
“Enggak ada komplain dari warga. Alhamdulillah berasnya juga selalu penuh. Benar-benar merasa tertolong dengan adanya ATM Beras, apalagi di masa seperti ini,” ungkap Dyah.
Ciptakan Ketahanan Pangan
Tidak hanya memikirkan tentang makanan pokok untuk masyarakat, Pemkot Bandung juga meluncurkan Buruan SAE pada akhir 2020 untuk menjaga ketahanan pangan di Kota Bandung.
“Buruan dalam Bahasa Sunda artinya halaman. Sedangkan SAE itu artinya bagus, indah, rapi. Selain itu SAE juga akronim dari sehat, alami, dan ekonomis,” ucap Gin Gin.
Sehingga, melalui program Buruan SAE ini, Gin Gin mengatakan, warga bisa memanfaatkan lahan lingkungan atau pekarangan rumahnya yang terbatas untuk integrasi tanaman pangan bernilai ekonomis.
“Jadi, warga bisa tanam sayuran untuk kebutuhan mineral, bisa ternak ikan di ember, bisa juga ternak ayam untuk kebutuhan proteinnya,” jelasnya.
Tanaman hasil Buruan SAE ini merupakan sayuran organik yang diolah dengan menggunakan pupuk dari sampah organik. Pupuk ini dikelola dari program Kang Pisman.
Dengan Buruan SAE, Gin Gin juga berharap, warga bisa lebih berdaya secara ekonomi dari hasil tanam pangan di lahan rumah atau lingkungannya.
Bahkan, warga juga bisa saling berbagi satu sama lain jika tanaman atau ternak di rumahnya sudah panen.
“Kami cuma modalin bibit saja. Lalu didampingi cara pengelolaannya. Sisanya ya warga yang melanjutkan. Harapannya Buruan SAE ini bisa saling membantu dengan berbagi sesama warga,” imbuh Gin Gin.
Lebih jauh dari itu, Gin Gin menyampaikan, jika Buruan SAE ini bisa menurunkan angka stunting di Kota Bandung.
“Tapi, tentu ini bukan hanya karena kinerja DKPP saja, tapi juga dari Dinas Kesehatan dan SKPD lainnya. Peran masyarakat juga penting dalam menurunkan angka stunting, salah satunya ya melalui program-program ini,” ucapnya.
Salah satu daerah dari 151 kelurahan yang sudah menjalankan Buruan SAE adalah Kelurahan Jatihandap.
Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan Kel. Jatihandap, Dodi suhendi menyebutkan, sudah ada 14 RW di daerahnya yang menjalankan program ini.
“Dari 17 RW, sudah ada 14 RW yang jalan. Tanaman sayurannya beragan, seperti terong, cabe pakcoy, kangkung,” ujarnya.
Dodi menambahkan, warga sangat merasa terbantu dengan adanya Buruan SAE ini. Mereka jadi bisa memanfaatkan lahannya untuk lebih produktif.
“Meski sempit, tapi lahan rumahnya lebih berdaya. Sudah ada tiga kelompok yang panen. Dan hasilnya dibagikan juga ke warga sekitar,” imbuhnya. (MW)
Editor : Kiki Masduki