PANGANDARAN, JURNAL JABAR.CO.ID – Akibat pandemi Covid-19, kondisi minat baca masyarakat saat ini sangat memprihatinkan.
Pasalnya pada periode kedua Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Masih Sangat Minoritas.
Tercatat sebanyak 58,2 persen penerbit mengalami penurunan minat baca di masyarakat.
Sementara hanya 4,1 yang tergolong Belum stabil dalam Pengelolaan Sumber daya yang ada selama terjadinya pandemi Covid-19 setahun terakhir.
Pernyataan tersebut dilontarkan oleh Forum Mahasiswa Cimerak (FMC) Indra Amarullloh, Kamis 14 April 2022.
“Budaya membaca belum menjadi kebiasaan yang tumbuh dalam kebiasaan masyarakat. Meski Indek Kegemaran Membaca (IKM) menunjukkan peningkatan, pada 2016, IKM Indonesia mencatat skor 26,5 dan menjadi 55,74 pada 2022,” kata Indra.
Sementara mengacu pada hasil survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) tingkat literasi masyarakat Indonesia tergolong sangat rendah.
BACA JUGA: Kecelakaan Maut Motor vs Mobil Terjadi di Pangandaran, 1 Orang Meninggal Dunia
Sedangkan hasil survei tahun 2019 minat baca masyarakat Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara atau berada 10 negara terbawah.
“Itu hasil survei PISA yang dirilis OECD, sementara UNESCO menyebutkan minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001persen. Artinya dari 1.000 orang Indonesia hanya 1 orang yang gemar membaca,” ucap Indra.
Selanjutnya, hasil riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.
Menanggapi hal itu, Indra meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menjadi Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim untuk melakukan berbagai upaya meningkatkan minat baca masyarakat
Selain itu, Kemendikbudristek juga harus melakukan digitalisasi produk buku untuk memberikan kemudahan akses membaca kepada masyarakat.
Menurut Indra, pembangunan SDM menjadi kunci utama dalam kemajuan sebuah bangsa khususnya di Pangandaran umumnya di Indonesia.
Maka daripada itu masih rendahnya daya saing bangsa juga diakibatkan dari rendahnya indeks pembangunan SDM.
“Hal ini bermuara pada rendahnya inovasi, dan kreatifitas dari para elit pemangku kebijakan dalam mengelola pengembangan SDM. Itu semua akhirnya berpengaruh pada rendahnya indeks kebahagiaan warga,” pungkas Indra. (Kiki Masduki)
BACA JUGA: Polres Ciamis Laksanakan Pemeriksaan Administrasi Awal Peserta Seleksi Penerimaan Polri